• Artikel Terkini

    Profil Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon


    Pondok Pesantren Asaalafie mulai dirintis keberadaannya sejak tahun 1960-an oleh Alm. KH. Syaerozie, Pesantren tersebut merupakan pengembangan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang disinyalir telah ada sejak 300 tahun silam dan merupakan pesantren tertua di Jawa Barat. Materi pendidikan yang diajarkan di pesantren mencakup bidang hukum (fikih), teologi (tauhid), pendidikan moral (tasawuf), gramatika bahasa Arab (nahwu, saraf, balaghah), dan pendidikan keterampilan. Pesantren Assalafiae didirikan di atas tanah wakaf seluas 1850 m2, dengan didasari oleh kepedulian kepada masyarakat untuk berperan dalam melahirkan sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan dan bermoral santun. Pesantren ini bertujuan untuk mencetak insan yang mempunyai khazanah wawasan yang komperhensif menuju peningkatan kualitas fikir dan dzikir dengan sanggup memperjuangkan nilai-nilai islami, dan mampu berkiprah dalam masyarakat.
    assalafie
    Kantor Pusat Pondok Pesantren Assalafie
    Fasilitas pendidikan yang tersedia di Pesantren Assalafie mencakup pendidikan formal (MTs dan MA NU Assalafie & Universitas Nahdhotul Ulama), Pengajian Madrasah Informal (MHS), pengajian al Qur'an, spesialisasi kajian ilmu alat, bahtsul masa'il diniah, diskusi ilmiah, pelatihan ketrampilan (Bakreas & Majalah Salafuna), Kewirahusaan, dan adanya sarana fisik seperti ruang asrama, ruang kelas, ruang perpustakaan, mushalla, ruang keterampilan dan auditorium. Pada saat ini jumlah santri putra dan putri yang belajar di Pesantren Assalafie mencapai 1000 santri. Perkembangan jumlah santri dari tiap tahunnya sesuai dengan grafik data santri mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Mereka berasal dari berbagai penjuru daerah di pulau Jawa dan sebagian yang lain berasal dari luar Jawa seperti Lampung, Jambi, Riau, dan kepulauan lainnya.
    20155722_10207095307139976_6558456216029795766_n
    Jamaah Sholat Magrib Pondok Pesantren Assalafie
    Para santri yang belajar di Pesantren Assalafie hampir secara keseluruhan terdiri dari kalangan keluarga kelas ekonomi menengah kebawah. Kondisi ekonomi keluarga santri berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran administrasi. Kebijakan pemberian santunan atau dispensasi pembayaran bagi santri yang kurang mampu, harus dilakukan oleh Pesantren agar mereka tetap mempunyai kesempatan untuk bisa belajar. Walaupun di sisi lain kebutuhan operasional proses pendidikan, sumber dananya masih dibebankan pada swadaya santri. Kondisi demikian menyebabkan alokasi swadaya santri untuk kebutuhan proses kegiatan pendidikan menghadapi problem pendanaan yang cukup signifikan.
    13439158_273170869708524_8192620120289089234_n
    Salah Satu Kegaiatan Ngaji Rutinan Santri Putra
    Hal ini memberikan kesadaran bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus tetap diupayakan dengan memperdayakan potensi-potensi yang ada dan mengupayakan hal-hal yang lain dengan menjalin partisipasi dan sumbangsih dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan. Partisipasi dan sumbangsih menjadi alternatif dalam upaya merealisasikan pengembangan perpustakaan untuk dijadikan sebagai pusat kajian dan penggalian informasi keilmuan. Usaha ini diharapkan dapat memberikan peran dalam upaya meningkatkan kualitas santri yang berilmu pengetahuan dan bermoral santun.
    13465936_10204519717191837_1329688756618867778_n
    Salah Satu Kegiatan Ngaji Rutinan Santri Putri
    Upaya pengembangan perpustakaan yang digagas oleh pesantren Assalafie ini diharapkan bisa dinikmati oleh segenap santri yang sedang belajar di Pondok Pesantren Assalafie khususnya dan pada Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang berjumlah 9000 santri. Tujuan mulia ini dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan minat baca santri sehingga terbentuk budaya membaca yang ditanamkan sejak dini dikalangan santri. Pesan membaca ini sebagai mana di intruksikan dalam al Qur'an  (QS. Al 'Alaq 1-5) yang berarti bacalah, telitilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam dan bacalah sesuatu yang dijangkaunya baik tekstual maupun kontekstual. Kecakapan membaca akan menimbulkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan.


    A. Pondok Pesantren Salaf (Assalafie) Babakan Ciwaringin Cirebon
    1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
    Pondok pesantren Assalafie yang berdomisili di desa Babakan selatan, didirikan oleh seorang ulama kharismatik yaitu Al-Marhum Al-Maghfurllah KH. Syaerozie Abdurrohim. Pendirian pesantren ini sebagaimana pendirian pesantren tradisional pada umumnya, secara umum dilatar belakangi oleh keprihatinan dan kepedulian KH. Syaerozie yang sangat mendalam, terhadap dunia pendidikan agama Islam dan kewajiban terhadap umat. Keprihatinan ini semakin bertambah bila mengingat penerapan dari firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 122, yang inti kandungannya adalah menganjurkan dan menekankan adanya sekelompok manusia dari kalangan ummat Islam yang benar-benar mendalami agama (Tafaquh fi ad-Din), di samping kelompok lain yang berjihad di jalan Allah.

    Assalafie
     Assalafie Merupakan  Perjuangan Panjang  Pengembangan Pesantren Babakan
    Berdirinya pondok pesantren Assalafie, juga merupakan salah satu upaya pemekaran komplek pesantren Babakan yang telah berdiri kurang lebih 400 tahun yang silam. Jumlah dari pondok pesantren yang terdapat di komplek pesantren daerah Babakan Ciwaringin pada tahun 2007 ini kurang lebih sekitar 30 pondok pesantren. (Dan sekarang jumlah seluruh pesantren di Babakan sudah lebih dari 50 pondok pesantren )  Pesantren-pesantren Babakan ini secara umum didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan ikut berpartisipasi melahirkan sumberdaya manusia yang berakhlakul karimah, dan membentuk masyarakat Khairul Ummah.(Hasil penelusuran data arsip pesantren Assalafie bersama sekretaris pondok (Ahmad Nashuha), tanggal 09 maret 2007).
    Berikut ini pemaparan tentang sirah (perjalanan sejarah) beliau semasa hidupnya, tentang masa kecil, masa belajar, pendirian pesantren sampai al-Maghfurllah tutup usia berdasarkan data-data yang berhasil penyusun peroleh melalui wawancara dan penggalian data dari arsip pesantren Babakan.
    Al Maghfurllah al Marhum KH. Syaerozie, terlahir dari keluarga yang sangat religius. Beliau lahir di desa Kalisapu Cirebon, + 8 KM dari Gunung Jati, pada hari Ahad, tanggal 05 Dzul Hijjah 1353 H / 10 Maret 1935 M. Beliau adalah putra dari seorang Kiai yang bernama KH. Abdurrohim dan Ibu Ny. Hj. Khoeriyyah (Ghofarollahulahuma). Kemudian beliau diajak oleh Ayahnya hijrah ke daerah Kepuh Palimanan Cirebon dalam rangka meneruskan perjuangan kakeknya yang bernama KH. Juned di pesantren Kepuh Palimanan.
    11954835_10203176563333830_6917542219683939435_n
    Sang Pendiri Assalafie, KH. Syaerozie bin KH. Abdurrohim 
    Beliau adalah anak kedua dari delapan bersaudara dari keluarga KH. Abdurrohim yang dikenal sebagai orang yang sangat sederhana dan cukup keras  dalam memberikan bimbingan tentang ilmu agama Islam kepada anak-anaknya. Pada masa kecil, Beliau dikenal sebagai anak yang cukup pemberani dan cukup ulet dalam belajar ilmu agama hingga pada umur 14 tahun, beliau telah mampu menghafal Nadzom Alfiyah sebanyak 1000 bait. Saat mesantren di Babakan, beliau dikenal sebagai orang yang cukup rajin dalam belajar dan termasuk santri yang cukup sabar dalam menghadapi segala cobaan.
    Setelah mesantren di Babakan, beliau melanjutkan mesantren ke pesantren Lasem Jawa Tengah. Di sinilah Allah memberikan cobaan yang mungkin dirasa paling berat. Pasalnya dalam waktu satu bulan beliau hanya dibekali uang sebesar lima perak rupiah. Bahkan beliau sering kekurangan makan dikarenakan terlambatnya bekal yang dikirim. Setelah kurang lebih lima tahun beliau mesantren di Lasem, kemudian beliau melanjutkan ke pesantren Sarang Jawa Tengah, disinilah akhir perjuangan beliau dalam menggali butir-butir ilmu agama.
    Sifat-sifat yang paling tampak saat beliau di pesantren adalah; sabar, tawadzu’, dan senang bersahabat, kebiasaannya dalam mengulang pelajaran dilaksanakan pada waktu tengah malam, dan terkadang dilakukannya diatas pohon mangga. Adapun hal-hal yang menjadi hobinya adalah beliau paling senang menggobreg para santri untuk melaksanakan Sholat Shubuh berjama’ah, beliau sangat akrab dengan para santri-santri dan masyarakat, sehingga beliau dikenal sebagai  pengayom para santri dan masyarakat.
    Saat masih dalam masa belajar di pesantren, beliau termasuk santri yang paling unggul dalam segala bidang. Keunggulannya dalam menguasai pemahaman kajian keilmuan yang beliau pelajari, berupa kajian yang terdapat dalam literatur kitab-kitab kuning membuat dirinya dipercaya sebagai wakil muda bagi kiai sepuh. Sebuah kedudukan yang cukup prestise dikalangan pesantren Sarang. Selain dikenal rajin dan ulet dalam hal belajar dan mengajarkan ilmu-ilmu agama. Beliau juga menulis beberapa karya berupa Syarkh (penjabaran keterangan), atas literatur kitab-kitab kuning yang relatif dianggap sulit seperti, kitab Fathul Wahab, Fathul Mu’in dan al-Fiyah Ibnu Malik serta Sulamul Munawaroq. Namun sayangnya, karya-karya beliau tersebut tidak sempat diterbitkan dan dicetak. Karena ketika beliau meminta izin kepada gurunya (Mbah Zubeir, pengasuh pesantren Sarang), Mbah Zubeir belum mengizinkan penerbitan tersebut dengan alasan belum waktunya. Sebagai santri yang sangat patuh kepada Kiainya, beliaupun membatalkan rencana penerbitan tersebut.
    20635365_1210749722403632_2556643789057818624_n
    Mbah Moen, Putra Mbah Zubair Ponpest Sarang Rembang 
    Sepulang mesantren dari Sarang Jawa Tengah, Beliau diambil menantu oleh Al-Maghfurlah KH. Abdul Hannan pada tahun 1959 M. Beliau dinikahkan dengan putri KH. Abdul Hanan yang bernama Nyai. Hj. Tasmi’ah. Setelah beberapa tahun Beliau membantu mertuanya (KH. Abdul Hannan) mengurusi pesantren, dan mengajar di madrasah al Hikamus Salafiyah. Beliau mendapatkan dorongan dari keluarga mertuanya yakni KH. Solihin putra pertama dari KH. Abdul Hanan dan Ibu mertuanya Ny. Hj. Sulaikha untuk mendirikan sebuah pesantren.


    Ny.%2BHj.%2BTasmi%2527ah
    Ny. Hj. Tasmi'ah bin KH. Abdul Hanan, Istri KH. Syerozie
    Akhirnya pada tahun 1965 M, beliau merintis sebuah pesantren yang bernama Pon-Pest Assalafie. Awal pendirian pesantren ini atas bantuan beberapa dermawan yaitu: mendapatkan wakaf tanah dari KH. Solikhin, dan bantuan dari Bapak Nasuha (Panjalin Majalengka), KH. Nasuha (Dukuh Jati Indramayu), dan H. Sanusie (Cirebon), akhirnya pembangunan Pon-Pest Assalafie dapat terwujud. Pon-Pest Assalafie yang berkapasitas 1000 orang santri, sekarang terkenal sebagai basis santri Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS).
    DSC01559
    Gedung Madrasah Al-Hikamus Salafiyah
    Adapun tujuan pendirian pesantren Assalafie secara umum, sebagaimana sering dikatakan oleh Al-Maghfurllah KH. Syaerozie semasa hidupnya adalah untuk menegakkan dan menyebarkan syari’at Islam di muka bumi (Intisyar al-Syari’at al Islam). Sedangkan secara khusus pendirian pesantren ini bertujuan mencetak kader ulama dan insan yang mampu dan mumpuni dalam : 1) memperjuangkan nilai-nilai salaf, 2) melestarikan  tradisi keilmuan salaf, 3) menciptakan kader yang berkiprah menghidupi dunia (mandiri) dan siap menghadapi segala hal.


    papan%2Bnama%2Bnew2
    Assalafie Terkenal Sebagai Pondok Ngaji Kitab Kuning
    Kepada para santrinya yang telah atau akan terjun berkiprah dalam masyarakat, beliau senantiasa memberikan arahan melalui pesannya bahwa; “Jangan sekali-kali menyebarkan ilmu di masyarakat sebelum kita sendiri mapan, sehingga dalam berdakwah para santri tidak terhalang masalah klasik yakni kekurangan dana”. Begitu hati-hatinya beliau membimbing para santri dalam menyebarkan dan mengamalkan ilmunya. Beliau mengajarkan dan mendidik santrinya untuk lebih mandiri terlebih dahulu sebelum mereka menyebarkan dan mengamalkan ilmunya di masyarakat. (Hasil wawancara dengan pengasuh PP.Assalafie, tanggal 10 maret 2007).
    2.    Lokasi pondok Pesantren
    Pondok pesantren yang berdomisili di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon ini dibangun diatas tanah seluas ± 2.750 M2, lahan yang cukup luas itu mampu mempertahankan pengembangan pendidikan Islam.
    Adapun batas desa Babakan kecamatan Ciwaringin kabupaten Cirebon yang yang merupakan tempat beradanya pondok pesantren Assalafie dengan desa lain adalah :
    Sebelah utara                         : Desa Tangkil
    Sebelah Timur                        : Desa Gintung Ranjeng
    Sebelah Selatan                     : Desa Walahar
    Sebelah Barat                         : Desa Budur
    Sedangkan batas-batas Pondok Pesantren Assalafie dengan Pondok-pondok yang masih berada di desa babakan ciwaringin adalah :
    Sebelah Utara                         : PON-PEST Raudhlatut Thalibin
    Sebelah Timur                        : Perumahan Penduduk
    Sebelah Selatan                     : PON-PEST Miftahul Muta’alimin
    Sebelah Barat                         : MTsN Babakan Ciwaringin cirebon
    3.    Keadaan Kiai dan Santri
    a. Keadaan Kiai dan Kepemimpinannya
    Kepemimpinan al-Marhum al-Maghfurllah KH. Syaerozie dalam mengasuh dan memimpin kepengurusan pesantren dikenal demokratis, walaupun latar belakang pendidikan beliau hanya berbasis pendidikan pesantren salaf. Dalam memimpin pesantren, KH. Syaerozie tidak terlalu terikat pada tugas-tugas kepemimpinan melainkan beliau sendirilah yang menciptakan tugas-tugas itu.
    13466517_10204519733832253_4952891561190200710_n
    Ngaji Sampai Mati
    Kiai dalam hal ini berfungsi sebagai figur sentral, segala ide dan kebijakannya dijabarkan oleh kepengurusan dengan menetapkan visi dan orientasi pondok pesantren. Kewibawaan dan kharisma beliau dimata pengurus dan santrinya, bukan hanya karena kedalaman ilmunya tetapi juga uswah (teladan) dan keteguhan taqwanya. Beliau seringkali menegaskan bahwa; “Yang lebih utama bukan banyaknya ilmu, tetapi banyaknya amal dengan ilmu itu”.
    Kebijakan-kebijakan beliau dalam memimpin pesantren didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam warisan intelektual Islam para pendahulunya (As-Salaf As-Solih), terutama yang terkandung dalam literatur kitab-kitab klasik (kitab kuning). Selain itu juga, seringkali beliau menyerahkan keputusannya pada musayawarah para pengurus pesantren, walaupun terkadang hasil keputusan akhirnya tetap menyesuaikan dengan visi dan misi yang dibuat oleh sang kiai.
    315073_3906917250294_1419108668_n
    KH. Syaerozie ( Depan kedua dari kanan) Menjadi Dewan Perumus Bahtsul Masail NU
    Dalam hal musyawarah masalah kepengurusan atau kajian-kajian kepesantrenan beliau memberikan kesempatan kepada para pengurus dan santri senior untuk berusaha memecahkan kemusykilan masalah tersebut, baru jika mereka mengalami kebuntuan, baru beliau kemudian memberikan solusi pemecahannya. Beliau juga terkadang menangguhkan jawaban-jawaban atas permasalahan yang terlalu dilematis, hal itu dilakukan dalam permasalahan yang membutuhkan kehati-hatian yang ekstra dalam pencarian solusinya.
    Beliau sering kali turun langsung ke lapangan dan memimpin jalannya pelaksanaan pekerjaan yang beliau perintahkan. Ketika terdapat kegiatan pembangunan penambahan gedung bilik-bilik pesantren, beliau memerintahkan para santrinya untuk roán (kerja bakti) mengangkut material-material sebagai bahan bangunan, kiai turun tangan memberikan arahan langsung kepada para santri dan pengurusnya.
    12717978_226633724362239_4256250351001426358_n
    Roan, Tradisi yang Masih Bertahan Hingga Kini
    Kewibawaan, kharisma dan kedalaman ilmunya bukan hanya dikenal dan dijadikan panutan bagi para santrinya saja, dikalangan masyarakat KH. Syaerozie disegani dan dijadikan panutan. Beliau merupakan figur ulama yang piawai dalam bergaul dengan seluruh lapisan masyarakat, tempat masyarakat dalam mencari pemecahan permasalahan yang mereka hadapi.
    Setelah al Maghfurllah tutup usia pada hari Rabu, tepatnya pada malam rabu, tanggal 10 Robi’ul Akhir 1421 H / 10 Juli 2000 M Tanggung jawab dan kepemimpinan pesantren di dipegang oleh dewan pengasuh yang merupakan putra-putri dan menantu al Maghfurllah. Antara lain KH. Azka Hamam Sy.LC, KH. Yasyif Maimun Sy, KH. Mufidz Dahlan (menantu, suami dari Ny.Hj. Surotul Aini Sy.), KH. Drs.Luqman Hakiem beserta Istri Ny. Hj. ‘Ila Mursilah dan putra-putra al Maghfurllah  KH. Aziz Hakim Sy, KH. Abdul Muiz Sy. Dan Dr. KH. Arwani  Sy. MA.
    10447395_10202250381299858_6576924849378194851_n
    Kini Pondok Pesantren Assalafie Sudah diasuh Oleh Anak dan Menantu KH. Syaerozie

    Gaya kepemimpinan dengan pola dewan pengasuh, sedikit berbeda dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada masa kepemimpinan al Maghfurllah KH. Syaerozie. Kepemimpinan dengan pola dewan pengasuh lebih bersifat rasional-demokratis. Hal ini banyak disebabkan oleh latar belakang pendidikan putra-putranya yang beragam dan berbasis pola pendidikan modern. Hal itu juga berpengaruh terhadap pola manajemen dan penerapan kebijakan terhadap jalannya pengelolaaan kegiatan pendidikan di pesantren Assalafie.
    Sumber: Badan Informasi Pesantren Assalafie (BIPA) 

    3 comments:

    1. Assalamualaikum mau tanya untuk biyaya ajaran tahun sekarang brpa??afwan

      ReplyDelete
    2. Assalamu Alaikum, mau tanya biaya sekolah SLTP plus mondok THN ajaran sekarang berapa? Mohon penjelasanya

      ReplyDelete
    3. Assalamu'alaikum ust.
      Mau minta foto gedung manu assalafie ada tidak ? 🤣🤣

      ReplyDelete

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728